3 Januari 2018 | Kegiatan Statistik Lainnya
Seiring dengan anjloknya pertumbuhan ekonomi Kepri khususnya Batam tahun 2017 lalu, jumlah penduduk Kepri juga makin banyak yang miskin. Namun, kebanyakan penduduk miskin bertambah di kota. Sedangkan di pedesaan turun.
TANJUNGPINANG – Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepri menunjukkan, angka penduduk miskin di Triwulan III (September) tahun 2017 naik dibandingkan Triwulan I (Maret).
Jumlah penduduk miskin (Penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan) di Kepri mencapai 128.430 ribu September 2017 lalu atau (6,13 persen) dari total penduduk Kepri.
Jumlah angka kemiskinan di Kepri sampai September 2017 naik 3.060 orang dibandingkan Maret 2017 sebanyak 127.370 orang (6,06 persen). Yang kena imbas pertumbuhan penduduk ini adalah masyarakat yang tinggal di kota. Banyaknya industri yang tutup membuat angka pengangguran meningkat.
Masih dari data BPS Provinsi Kepri, periode Maret-September 2017, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan di Kepri naik sebanyak 5.280 orang. Sebelumnya, penduduk miskin di kota 91.490 orang menjadi 96.770 orang.
Sedangkan penduduk miskin yang tinggal di pedesaan turun sebanyak 2.220 orang dari sebelumnya 33.880 orang pada bulan Maret 2017 menjadi 31.660 orang pada September 2017.
Dilihat dari persentase angka kemiskinan pedesaan dan perkotaan Maret 2017 naik dari 5,2 persen menjadi 5,39 persen pada September 2017. Sementara persentase penduduk miskin di pedesaan Maret 2017 10,92 persen turun menjadi 10,49 persen pada September 2017.
Peranan komoditi makanan terhadap haris kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan.
Sumbangan garis kemiskinan makaan terhadap angka kemiskinan pada September 2017 tercatat 67,6 persen. Kondisi ini jauh beda dengan kondisi Maret 2017 sebesar 67,47 persen.
Adapun angka kemiskinan di Kepri 2010-2017 mengalami fluktuatif baik dari sisi jumlah maupun persentasenya. Maret 2010 warga miskin di Kepri 129.700 orang (8,05 persen). Maret 2011 sebanyak 119.800 orang (6,9 persen).
Maret 2012 sebanyak 127.400 orang (7,11 persen). Maret 2013 sebanyak 119.300 orang (6,46 persen). Maret 2014 sebanyak 127.800 orang (6,7 persen). Maret 2015 sebanyak 122.400 orang (6,24 persen). Maret 2016 sebanyak 120.400 orang (5,98 persen) dan Maret 2017 sebanyak 125.400 orang (6,06 persen).
Sedangkan September 2010 sebanyak 128.300 orang (7,4 persen). September 2011 sebanyak 119.800 orang (6,79 persen). September 2012 sebanyak 124.200 orang (6,93 persen). September 2013 sebanyak 119.100 orang (6,46 persen).
September 2014 sebanyak 124.200 orang (6,4 persen). September 2015 sebanyak 114.800 orang (5,78 persen). September 2016 sebanyak 119.100 orang (5,84 persen) dan September 2017 sebanyak 128.400 orang (6,13 persen).
Jika dibandingkan jumlah penduduk miskin di Kepri September 2017 ke September 2016, naik 9.290 orang. Berdasarkan daerah tempat tinggal, periode Maret-September 2017 jumlah penduduk miskin di perkotaan naik 5.280 orang.
Sedangkan daerah pedesaan turun sebesar 2.220 orang. Persentase kemiskinan di perkotaan naik dari 5,2 persen menjadi 5,39 persen. Sedangkan di perdesaan, turun dari 10,92 persen menjadi 10,49 persen.
Selama periode Maret 2017 sampai September 2017, garis kemiskinan naik sebesar 4,44 persen yaitu dari Rp 513.237 per kapita per bulan pada Maret 2017 menjadi Rp 536.027 per kapita pada September 2017.
Sementara periode September 2016 sampai September 2017, garis kemiskinan naik pada 6,64 persen yaitu dari Rp 502.653 per kapita pe rbulan pada September 2016 naik menjadi Rp 536.027 per kapita per bulan pada September 2017.
Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK) yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), bahwa peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan.
Adapun komoditi makanan yang menyumbang angka kemiskinan di Kepri yakni, beras, rokok retek filter, telur ayam ras, daging ayam ras, daging sapi, kue kering/biskuit, susu bubuk, gula pasir. Tongkol, tuna, cakalang, kue basah, roti, cabai merah dan lainnya.
Komoditi non makanan yang menyumbang angka kemiskinan di Kepri adalah, perumahan, listrik, bensin, pendidikan, perlengkapan mandi, pakaian jadi anak-anak, angkutan dan lainnya.
Kepala BPS Provinsi Kepri, Panusunan Siregar mengatakan, persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan itu.
Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan pengentasan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.
Periode Maret 2017-Setember 2017, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Kepri mengalami kenaikan. Indeks Kedalaman Kemiskinan Maret 2017 adalah 0,971 pada September 2017 mengalami kenaikan menjadi 1,183.
Demikian juga Indeks Keparahan Kemiskinan mengalami kenaikan dari 0.2228 menjadi 0,313 pada periode yang sama
sumber: http://tanjungpinangpos.id/warga-miskin-di-kepri-bertambah/
Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau
(Statistics of Kepulauan Riau Province)
Jl. Ahmad Yani No. 21 Tanjungpinang 29124
Telp. (0771) 4500155 / 4500150 (PST);Fax. (0771) 4500157 E-mail: bps2100@bps.go.id
Tentang Kami